Selasa, 10 April 2012

MIZAN DAN SHIRAT



“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiyah, 21: 47)



NASAB PENULIS: IBNUL JAUZIYAH
Beliau adalah Abu Faraj Abdurrahman ibn Ali bin Muhammad al-Bakri al Hanbali yang mendapatkan gelaran Jamaluddin. Garis keturunannya bersambung kepada sahabat Abu Bakar As-Shiddiq ra. Dilahirkan di Awasith pada tahun 508 H.





MIZAN DAN SHIRAT

Allah SWT. berfirman:
” Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiyah, 21: 47)

W
ahai hamba-hamba Alla! Mengapa hati kalian tidak khusu?! Mengapa telinga kalian tidak mendengar?!  Mengapa doa kalian tidak didengar?! Mengapa mata kalian tidak bisa menangis?! Mengapa perut kalian tidak bisa kenyang dengan barang-barang haram?! Mengapa amalan baik kalian tidak diterima?!
Wahai saudara-saudaraku, siapakah orang yang mau menyibukkan dirinya untuk mengabdi kepada Dzat Yang berhak disembah Lagi Maha Mulia?! Siapakah yang takut kepada tempat yang akan didatangi manusia di hari kiamat kelak?! Sesungguhnya neraka itu seburuk-buruknya tempat yang akan didatangi.
KESOMBONGAN BINATANG BUAS ATAS BANI ADAM
Telah disebutkan di dalam sebagian riwayat bahwa binatang buas akan berkumpul pada hari kiamat. Lantas hewan-hewan itu merunduk untuk bersujud. Hewan-hewan itu ditanya: “Apakah ini adalah hari untuk bersujud?” Mereka menjawab: “Kami sujud sebenarnya hanya untuk bersyukur kepada Allah SWT. yang tidak  menjadikan kami sebagai anak cucu Adam. Akan tetapi Dia telah menjadikan kami sesuatu yang menjadi saksi kebobrokan Bani Adam.
Apabila hari kiamat digelar dan Jahanam telah menunjukkan kedahsyatannya, maka shirath sepanjang lima ratus tahun perjalanan akan dibentangkan di atasnya. Ada juga yang mengatakan bahwa panjang shirath adalah tiga puluh enam ribu perjalanan tahun di dunia. Jembatan shirath lebih lembut dari rambut dan lebih tajam dari pisau cukur. Ada juga yang mengatakan  bahwa jembatan itu lebih tajam dari pada pisau dan lebih panas dari bara api. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa jembatan shirath itu adalah sehelai rambut pelupuk mata malaikat penjaga Jahanam yang dibentangkan di atas dua ujung Jahanam.  Rambut itu mirip jenis pohon berduri. Di masing-masing ujung durinya ada sejumlah bintang langit yang bergantung. Bintang-bintang itu adalah malaikat zabaniyah. Seandainya salah satu dari mereka diizinkan Allah untuk  bernafas di dunia, pasti semua jina dan manusia dan segala sesuatu yang ada di sana akan terbakar. Begitu juga dengan gunung akan meleleh dan samudra menjadi kering.
CIRI-CIRI SHIRATH
Shirath itu berwarna hitam kelam akibat hitam pekatnya Jahanam. Tidak akan ada satu orang pun yang bisa melaluinya pada waktu itu kecuali orang yang memiliki cahaya. Dan pada waktu itu tidak ada cahaya kecuali yang berasal amal shalih. Barangsiapa telah beramal shalih, maka amal itu juga yang akan menyelamatkan dirinya dari neraka dan akan masuk ke dalam tempat tinggal yang nyaman dan tenang.
Barangsiapa yang tidak berbuat baik ketika di dunia, maka dia telah terhalang untuk menyaksikan wajah Dzat Yang Maha Perkasa. Dia juga akan terjerembab di dalam tempat tinggal yang penuh penyesalan dan kebinasaan. Dia akan berada di dalam sebuah tempat tinggal yang siksaannya berupa angin panas, minumannya adalah air mendidih, naungannya tidak sejuk dan tidak menyenangkan, dan makanannya pohon zaqqum. [Zaqqum juga nama jenis makanan orang Arab yang berisi kurma dan mentega]. Demi Allah, dia akan jatuh dalam tempat tinggal yang adzabnya sangat pedih, dan penghuninya kekal selama-lamanya dalam siksaan. Dia juga akan jatuh di dalam neraka yang relungnya jauh, siksaannya sangat dahsyat, minumannya nanah bercampur darah, dan alat pemukulnya besi. Dan kesemua itu tidak akan jauh dengan orang-orang dzalim.
AMAL BAIK DAN SHIRATH
Wahai orang-orang yang perlu dikasihani! Bayangkan bahwa dirimu telah tiba di shirath. Di sana kamu menyaksikan semua orang yang beramal baik berhasil melewati jembatan tersebut. Sedangkan cahaya mereka berada di samping kanan dan kirinya. Di sana kamu juga menyaksikan orang-orang yang suka berbuat batil sedang berada di dalam kegelapan kelaliman dan kebodohan mereka.
Wahai orang-orang yang lemah, wahai orang-orang yang menghabiskan umurnya untuk menentang ajaran agama, berhati-hatilah kalian! Sadarlah akan sulitnya melampaui shirath. Karena sesungguhnya shirath tidak akan bisa dilewati oleh pendosa. Dan tidak ada seorang yang berlaku dzalim pun akan selamat darinya. Shirath itu sebenarnya kebenaran yang sangat benar. Tidak akan selamat darinya orang yang menentang ajaran agama dan meninggalakan sunnah nabi.
Shirath itu juga sangat jauh jaraknya. Tidak ada orang yang bisa melaluinya kecuali orang yang memiliki pendirian teguh dalam agama dan selalu istiqamah untuk taat kepada Tuhan Yang Maha Mulia. Shirath itu juga sangat menakutkan. Tidak akan ada yang melewatinya kecuali orang yang menolong mereka yang teraniaya dan patuh kepada Dzat Yang Penyayang dan Yang sangat berbelas kasihan. Shirath itu sangat menyulitkan. Tidak akan ada yang bisa melalui kecuali orang yang mengikuti sunnah Rasulullah Muhammad dan taat kepada Tuhan Yang tidak akan pernah berubah ataupun musnah.
Shirat itu dijaga oleh malaikat Zabaniyah yang jumlahnya cukup banyak.Tidak akan ada yang bisa melintasinya kecuali orang yang taat kepada Tuhannya ketika susah dan mendekatkan diri kepada-Nya ketika di kesunyian dan di tengah keramaian.
Juga disebutkan di sebagian riwayat bahwa tidak ada seorang hamba laki-laki maupun perempuan yang melalui shirath kecuali setelah menerima buku catatan amal dan amal perbuatan dihisab (dihitung) di mizan (timbangan).
MIZAN PADA HARI KIAMAT
Telah diriwayatkan bahwa setiap orang memiliki mizan yang akan digunakan untuk menimbang amal perbuatannya. Barangsiapa yang berbuat buruk, maka timbangannya akan tampak ringan dan akan dijeburkan di dalam neraka.
Ada juga yang mengatakan bahwa mizan diangkat di depan ‘Arsy al Rahman. Mizan itu dipergunakan untuk menimbang seluruh amal perbuatan manusia.
Al Hasan ra. pernah berkata: “Setiap insan memiliki mizan yang dibuat menimbang amal perbuatannya, baik yang berupa amal baik maupun amal yang buruk.” Dia menyandarkan pendapa itu pada firman Allah Ta’ala: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat.” (QS. Al-Anbiyah, 21: 47).
Adapun firman Allah Ta’ala berbunyi: “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya.” (QS. Qaari’ah 101: 6 dan 8). Yang dimaksud dengan ayat ini adalah mizan untuk amal perbuatan baik dan mizan untuk amal perbuatan buruk. Sedangkan perkataan ‘berat dan ringan’ dalam ayat di atas maksudnya berat akibat bacaan laa ilaaha ilallah yang dilafadzkan dengan ikhlas dan ringan dari perbuatan baik akibat melakukan syirik, munafik, riya’ dan sombong. Sebab tidak jarang seorang yang membaca lafadz laa ilaaha illallah untuk mengerjakan perbuatan maksiat.
Ada juga orang yang mengatakan lafadz laa ilaaha illallah dan Allahuu Akbar ketika mencuri harta orang muslim. Itulah sebenarnya yang dinamakan kemunafikan. Karena Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa mengatakan laa ilaaha ilallah dengan ikhlas, maka timbangannya akan berat, selamat dari neraka dan masuk surga.” Beliau menjawab: “Hendaklah kalian menjauhi sesuatu yang diharamkan oleh Allah kepada kalian.”
BOBOT AMAL PERBUATAN
Telah disebutkan di dalam sebagian kabar bahwa seorang hamba akan diajukan pada hari kiamat untuk menjalani hisab. Lantas disodorkan kepadanya sembilan puluh sembilan lembaran yang penuh dengan catatan perbuatan buruk. Lembaran-lembaran itu diletakkan di salah satu sisi mizan. Ternyata hal itu sempat membuat hamba tersebut menjadi tegang dan susah. Lantas Dzat Yang Maha Perkasa Jalla Jalaaluhu berfirman: “Sebenarnya hamba-Ku ini memiliki harta yang telah Aku simpan untuknya.” Maka Allah Tabaaraka wa Ta’ala memerintahkan agar dikeluarkan selembar kertas kecil yang tertulis di dalamnya: “Si fulan telah meninggal dunia dalam keadaan bersaksi dengan penuh keikhlasan bahwa tiada Tuha selain Allah.”
KALIMAT TAUHID
Allah Ta’ala berfirman: “Letakkan secarik kertas itu di atas mizan hamba-Ku!” Maka secarik kertas itupun diletakkan di salah satu mizan yang lain. Ternyata mizan lebih condong di arahnya dan berhasil mengugguli berat semua amal perbuatan buruk. Seketika itu juga hamba tersebut merasa bahagia. Dan Allah Tabaaraka wa Ta’ala memerintahkan agar orang tersebut dimasukkan ke surga.
Wahai hamba-wamba Allah, berharaplah kepada Tuhan kalian untuk terus menetapkan pendirian kalian pada sebuah kalimat yang penuh berkah. [Inilah yang dimaksud dengan firman Allah Ta’ala: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim 14: 27)].
Kalimat ini ringan di lisan namun berat di mizan dan bisa menghiasi buku catatan amal. Dengan kalimat itulah Dzat Yang Maha Raja lagi Pengasih menjadi ridha. Dengan kalimat itu juga sang terlaknat setan menjadi geram. Dengan kalimat itulah hamba pendosa bisa selamat dari neraka.  Dan dengan kalimat itu juga hamba bisa sampai ke kenikmatan abadi dan rasa aman.
KEUTAMAAN BERSEDEKAH
Telah disebutkan bahwa apabila seorang hamba telah dihadapkan kepada mizannya, catatan amal buruknya yang lebih besar dari gunung dunia telah dikeluarkan. Dan ketika dia menumpai sedekat yang dikeluarkannya dengan tulus ikhlas hanya untuk Allah Ta’ala, bukan karena ingin mendapat imbalan dari makhluk, atau riya’, sombong, pujian dan juga bukan sedekah sebagai ucapan terimakasih, maka sedekat itulah yang akan diletakkan di dalam mizan atas petintah Dzat Yang Maha Raja lagi Maha Pencipta. Ternyata bobot sedekah itu bisa melebihi bobot seluruh amal perbuatan buruknya, sekalipun bobot kejelekkan itu seukuran bobot gunung.
Wahai hamba-hamba Allah, ketahuilah! jika mizan telah diletakkan di hadapan hamba, maka hal itu merupakan fenomena hari kiamat yang paling menegangkan. Karena jika seoranghamba melihat mizan, maka hatinya serasa akan copot dan menjadi sangat sedih. Kegoncangan jiwa seorang hamba tidak akan bisa kembali tenang sampai mengatahui apakah mizannya berat atau ringan. Apabila mizannya berat, maka dia berbahagia dan tidak akan pernah sedih setelah itu. Namun jika bobot mizannya ringan, maka dia jelas-jelas akan merugi dan menjumpai sesuatu yang sangat besar, yakni siksa Alah.
SYAFA’AT RASULULLAH SAW.
Kami telah membahas secara panjang lebar mengenai syafa’at Rasulullah di padang mahsyar pada pelajaran sebelumnya. Barangsiapa ingin mengtahuinya, hendaklah menelaan makalah tersebut.
Disebutkan di dalam beberapa kabar bahwa apabila umat Muhammad saw. mendatangi mizan, maka kesedihan mereka memuncak, yakni ketika keburukan dan aib mereka dipertontonkan kepada mereka serta dosa dan kesalahannya ditimbang. Upayanya untuk keluar dari kondisi itu sama sekali tidak terbayang dan kondisi mereka pun berubah. Pada waktu itu semua mereka akan didatangi oleh Nabi saw. pemberi syafa’at. Jika beliau menyaksikan umatnya merasa bingung di dekat mizan seperti itu, maka beliau akan berdo’a kepada Allah SWT. untuk memperberat bobot mizan mereka. Dan Allah Ta’ala menyuruh beliau untuk menyaksikan semua mizan umatnya. Ketika beliau melihat mizan-mizan tersebut, ternyata semuanya menjadi berat oleh sebab tatapan dan cahaya wajah Rasulullah saw.
Disebutkan juga bahwa mizan itu berada di tangan malaikat Jibiril as. Mizan memiliki dua sisi, yang satu berada disebelah timur dan yang satu lagi berada di sebelah barat. Sesungguhnya amal perbuatan hamba sekecil apapun, baik yang baik maupun yang buruk, pasti akan diletakkan di salah satu sisinya. Maka timbangan mereka berat sebelah dengan kehendak Allah Ta’ala. Namun hanya Allah saja yang mengetahui hakekat semua itu.
Hendaklah salah seorang dari kalian tidak menganggap remeh perbuatan baik sekecil apapun yangdikerjakan. Sekalipun amal itu kelihatan kecil di matanya, namun boleh jadi hal tersebut bisa membuat bobot mizan menjadi berat. Begitu juga sebaliknya, janganlah kalian menganggap remeh sebuah amal buruk sekecil apapun yang dia kerjakan. Sebab bisa saja hal tersebut menyebabkan mizan menjadi ringan. Karena dosa yang kecil dihadapan orang yang meremehkannya, pasti akan datang di hari kiamat. Sedangkan ketika amal itu berada di mizan, ternyata ukurannya lebih besar di bandingkan dengan gunung.
SESUATU YANG MEMPERBERAT MIZAN
Allah Ta’ala berfirman:
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun.”  (QS. al-Anbiya’ 21: 47).
. Maha Suci Allah Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Dua kalimat yang ringan di lisan, berat di mizan dan dicintai al- Rhman, (kalimat itu adalah) Maha Suci Allah dan dengan pujian kepada-Nya. Maha Suci Allah Dzat Yang Agung.”
Diriwayatkan pula bahwa ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah aw. Lantas dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku datang kepadamu agar kamu mau mengajari sebuah ilmu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menyelamatkan aku dari neraka.” Maka Rasulullah saw. bersabda kepadanya: “Maukah kamu aku beritahu dua buah kalimag yang bisa memberatkan mizan, ringan di lisan, membuat al=Rahman menjadi ridha dan menyebabkan syetan menjadi murka?” (Hendaklah) kamu mengatakan subhanallah wal hambulillah (artinya: Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah). Sesungguhnya kedua kalimat tersebut dapat mendekatkan (seseorang yang mengucapakannya) ke surga dan menjauhkan dari neraka.”
Barangsiapa menyangka bahwa mizan bukan suatu yang benar, berarti dia telah menolak  (keterangan) dari Allah di dalam al-Qur’an dan (penjelasan) dari Rasulullah di dalam sunnahnya.
INTI KEBAIKAN DAN KEBURUKAN
Telah diriwayatkan dari al-Hasan ra. bahwa dia berkata: “Pada hari kiamat mizan akan didatangkan. Lantas mizan diletakkan di hadapan Allah Tabaaraka wa Ta’ala. Baru setelah itu semua hamba dipanggil untuk menjalani hisab. Jika seorang hamba laki-laki atau perempuan memilki amal perbuatan baik yang dia jadikan untuk menyeru dan memerintah )orang lain), maka namanya akan dipanggil. Kemudian dia didekatkan ke mizan dan semua amal perbuatannya baik yang shalih maupun yang buruk akan ditimbang. Amal mereka akan ditimbang sekalipun hanya memiliki satu perbuatan baik. Amal mereka juga tetap akan ditimbang sekalipun amal buruknya lebih banyak dibandingkan dengan amal baiknya. Begitu juga seandainya amal buruknya lebih berat dari bobot gunung didunia. Karena apabila Alla Tabaaraka wa Ta’ala telah menerima sebuah amal shalih seorang hamba, maka Dia mengampuni semua  dosa sekalipun jumlahnya sangat banyak.
Rasulullah saw. telah bersabda kepada Aisyah: “Wahai Aisyah, seandainya Allah Ta’ala menerima sujud sekali dari seorang hamba, pasti Dia akan memasukkan hamba tersebut ke dalam surga. Lantas Aisyah berkata: “ Wahai Rasulullah, lalu apa yang akan diperbuat dengan amal perbuatan hamba?” Rasulullah saw. menjawab: “Amal perbuatan itu akan dimakan riya’ dan sum’ah (mencari reputasi) sebagaimana api memakan kayu bakar.”
Jika seseorang hamba laki-laki atau perempuan memiliki amal perbuatan buruk yang dia pergunakan untuk menyeru dan memerntah orang lain, maka namanya akan dipanggil. Lantas dia didatangkan ke mizan. Amal perbuatannya  baik yang terpuji maupun yang tercela diletakkan di atas mizan. Ternyata amal buruknya yanglebih berat dibandingkan amal baiknya. Walaupun amal buruknya itu hanya satu dan  amal baiknya lebih banyak bahkan lebih berat dibandingkan dengan bobot gunung di dunia. Karena Allah Ta’ala telah membakr amal-amal itu dan tidak ada satu pun yang diterima. Kemudian Allah memerntahkan orang-orangyang termausk golongan kiri untuk dimasukkan ke dalam neraka
Para shahabat nabi ra.  berkata: “Wahai Rasulullah saw. apakah mereka itu adalah orang-orang Muslim?” Nabi saw. bersabda: “Mereka itu adalah orang-orang yang mengerjakan shalat sebagaimana kalian mengerjakannya, berpuasa sebagaimana kalian, mengeluarkan zakat sebagaimana kalian dan hanya melakukan shalat malam sekejap. Akan tetapi jika disodorkan satu dirham haram, maka mereka langsung menyergapnya, seperti serigala (yang langsung menyergap mangsanya). Karena perbuatan itulah Allah menggugurkan amal perbuatan mereka dan tidak menerma satu amal baik pun daripadanya.
Jika Allah tidak lagi menerima satupun amal perbuatan baik seorang hamba, maka jelas amal perbuatannya yang lain tidak akan berpengaruh di dalam mizan. Karena ketika Allah telah menolak amal perbuatan seseorang, maka semua amal perbuatan baik tidak lagi bermanfaat dan tidak akan membuat mizan menjadi berat. Sebab Allah tidak akan menerima amal perbuatan seorang hamba-Nya kecuali yang dikerjakan dengan penuh ikhlas karena Allah Ta’ala.
Wahai hamba-hamba   Allah, jika kalian mengerjakan semua amal, kerjakanlah dengan ikhlas karena Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan memberkan manfaat dan menerma amal kalian kecuali yang dipersembahkan dengan ikhlas.
Wahai hamba-hamba Allah, beramallah kalian untuk persiapan menghadapi mizan dengan cara terus taat kepada al-Rahman. Beramalah kalian untuk mizan dengan patuh kepada Dzat Yang Raja Diraja.
Wahai saudaraku, musibah dan penyesalan yang paling besar adalah bobot mizan untuk amal baik yang ringan. Allah akan memerntah orang itu untuk diadzab dan disiksa. Sungguh celaka orangyang bobot timbangan amal shalihnya ringan dan murka Dzat Yang Maha Dermawan tidak lagi dapat dihindari. Dia memerntahkan untuk mengadzab dan menyengsarakannya dan memerintahkan agar dia dirantai dan dibelenggu.
Rasulullah saw. juga bersabda: “Barangsiapa yang meneyeru pada petunjuk, maka dia memiliki pahala sebanyak pahala orang yang mengikuti petunjuknya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia berhak mendapatkan dosa sebanyak dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.
BOBOT AMAL PERBUATAN HAMBA
Wahai saudara-saudaraku, apabila amal perbuatan hamba telah ditimbang, sehingga terlihat timbangan siapayangringan dan timbangan siapa yang berat, maka mereka semua disuruh untuk melalui shirath. Masng-masing insan pasti akan melintasi shirath. Di antara manusia ada yangmeletakkan kakinya di atas jembatan tersebut. Namun dia terpeleset pada langkah pertama sehingga dia terjatuh ke neraka. Di antara mereka ada ynag masih tidak begitu jauh melintasinya. Namun dia terpeleset dalam neraka.
Di antara mereka ada yangmelintasi shirat secepat sambaran kilat. Di antara mereka ada yangmelewatinya seperti angin berhembus. Di antara mereka ada yang melewatinya seperti burung yang terbang cepat di udara. Di antara mereka ada yang berjalan cepat. Di antara mereka ada yang berjalan seperti orang yang lemah. Di antara mereka ada yang seperti orang sakit perut, yakni berjalan di atas kedua tangan dan kakinya (merangkak). Dan di antara mereka ada yang di sambar oleh api ketika menghampiri shirath. Dengan demikian masuklah dia ke dalam api neraka.
Semua ini menurut kadar amal perbuatan, cahaya dan kedudukan mereka, juga tergantung pada diterimanya amal-amal tersebut oleh Allah Tabaaraka wa Ta’ala. Bahkan kondisi-kondisi  di atas juga disesuaikan dengan berat atas ringannya timbangan amal mereka. Apabila ada salah seorang hamba dari umat Muhammad saw. mendatangi shirath, jika dia tergolong orang yang suka melakukan dosa dan sama sekali tidak memiliki amal baik, maka dia sangat bingung ketika melintasinya. Dia tidak mampu melampaui jembatan tersebut. Di tengah-tengah kebingungannya di atas shirath seprti itu, tiba-tiba dia disambut oleh Muhammad saw. [yang sudah siap untuk menolongnya).
[Diharap pembaca mau membaca makalah Tafsir Al-Baqarah ayat 2, tentang penjelasan “Shirat]. Barangsiapa di dunia ini diberi petunjuk ke jalan yang lurus, jalan lurus  yang dengannya Allah mengutus rasul-rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya, maka di akhirat nanti itu akan mendapat petunjuk ke jalan lurus  yang menyampaikan-Nya dan tempat pahala-Nya. Sekokoh langkah kaki seseorang hamba di jalan yang dipancangkan Allah untuk hamba-hamba-Nya di duna ini, sekokoh itu pula langkah kakinya di atas titian yang di pasang di atas neraka Jahannam. Sebagaimana perjalanannya menempuh jalan hidup (agama) ini di dunia, seperti itu pula perjalanannya waktu melintasi titian. Karena itu ada orang yang melintasi titian seperti kilat. Ada orang yang melintasinya dengan kecepatan sekejap mata. Ada yang melintasinya dengan kecepatan angin. Ada yang melintasinya seperti larinya kuda. Ada yang berjalan cepat, ada yang berjalan biasa, ada yang merangkak, ada yang tertatih-tatih, dan ada yang langsung dihempaskan ke neraka. Karena itu hendaklah seseorang memperhatikan bagaimana perjalanannya di atas jalan yang lurus [yakni bagaimana perhatian, kepedulian, sikap, dan pelaksanaannya terhadap agama Islam] di dunia ini, karena ia akan mendapatkan balasan yang setimpal. Firman-Nya:
“Bukankah kamu tidak dibalasi melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan?” ( an-Naml: 90).
Hendaklah ia memperhatikan syubat-syubat dan syahwat-syahwat yang menghalangi perjalanannya di atas jalan yang lurus ini. Karena itu semua merupakan besi-besi pengait di pinggir kiri dan kanan titian tersebut, yang akan menyambar dan mengaitnya  hingga ia tidak dapat melintasi titian itu. Kalau di dunia ini banyak syubhat dan syahwat yang diterjangnya,  maka demikian pula besi-besi pengait dan rintangannya di atas titian akhirat tersebut.  Firman-Nya :
 “Dan Tuhanmu sama sekali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya.” (Fushshilat,41: 46).
CAHAYA RASULULLAH SAW. DI ATAS SHIRATH
Apabila Rasulullah saw. menyaksikan umatnya di atas shirath, maka beliau akan menyelubungi mereka dengan nur yang terpancar dari wajahnya. Dengan demikian mereka bisa melampaui jembatan tersebut. Masng-masng dari mereka mengambil nur wajah Nabi Saw. menurut kada bacaan shalawat yang dulu pernah mereka baca di dunia. Dan cara mereka melintasi jembatan shisrath itu menurut kadar nur wajah nabi yang diambilnya. Setiap kali ada orang yang mengamabil nur wajah beliau, Allah SWT. selalu menambahkan kadar cahaya kekasih-Nya Muhammad saw. Oleh karen itu, perbanyaklah membaca shalawat kepada nabi kalian Muhammad saw.. Karena shalawat yang lian baca pasti akan sampai kepadanya.
KEUTAMAAN MEMBACA SHALAWAT KEPADA NABI SAW.
Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang paling selamat di antara kaian dari kedahsyatan hari kiamat dan tempat-tempatnya adalah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku. Dan orang yang paling utama mendapatkan syafa’atku adalah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku.”
Oleh karena itu, perbanyaklah membaca shalawat kepada Rasulullah saw. wahai orang-orang yang suka melakukan dosa. Karena dialah yang akan memberkan syafa’at kepada kalian kelak di hari kiamat. Semoga Allah SWT. tetap melimpahkan shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga dan para shabatnya. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita tergolong orang-orang yang aman dari siksa-Nya setelah membaca shalawat kepada beliau. Semoga Allah Ta’ala juga menjadikan kita gergolong orang-orang yang sukses meraup rahmat sehingga bebas dari adzab-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Memberi nikmat lagi Maha Mulia.
Telah diriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda: “Orang-orang akan melintasi shirath. Orang-orang laki-laki dan perempuan banyak sekali yang tergelincir. Namun jumlah perempuan (yang tergelincir) lebih banyak.
Disebutkan juga bahwa di atas shirath ada malaikat zabaniyah yang menyaksikan wajah para hamba. Apabila malaikat itu melihat ada cahaya yang memancar dari wajah seseorang, maka dia akan membiarkan hamba itu berlalu dan melewati jembatan. Namun jika malaikat tidak melihat cahaya di wajah seorang hamba, maka dia akan melemparnya ke dalam jurang neraka. Dan pada waktu itu tidak ada orang yang berdahaya wajahnya kecuali bagi orang yang beramal shalih.
JEMBATAN JAHANAM
Diriwayatkan oleh sebagian ulama dari generasi tabi’in dan sebagian sahabat bahwa mereka telah berkata: “Sesungguhnya di atas Jahanam – semoga Allah melindungi kita darinya – ada tujuh buah jembatan, yang disebut juga dengan qantharah. Tiga qantharah berada di bawah Allah SWT, qantharah  yang keempat berada di atas Allah Jalla Jalaaluhu. Seseorang tidak layak untuk bertanya atau membayangkan bagaimana hal itu bisa terjadi. Yang seharusnya mereka lakuakan adalah menerima, mengimani dan membenarkan.
QANTHARA PERTAMA
Shirath itu lebih tajam dari pedang. Ketika orang-orang telah sampai di qantharah pertama, Allah Tabbaraka wa Ta’ala berfirman kepada malaikat: “Suruhlah mereka berhenti. Sesungguhnya mereka akan ditanya terlebih dahulu. (Bentuk pertanyaannya adalah sebagai berikut): “Mengapa kalian tidak saling tolong menolong?” Akhirnya mereka pun ditahan. Mereka dihisab untuk ibadah shalat. Barangsiapa shalatnya sempurna, maka dia selamat dari qantharah tersebut. Namun barangsiapa menjumpai ibadah shalatnya tidak sempurna, maka diapun masuk ke dalam neraka. Selamatlah mereka yang selamat dan binasalah mereka yang binasa.
QANTHARA KEDUA
Kemudian mereka ditahan lagi pada qanthara berikutnya. Mereka dihisab untuk masalah amanat yang diberkan oleh Tuhan Pencipta dan amanat yang diberkan oleh manusia. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia akan menghilangkan sifat tama’ di dalam hati orang itu dan menjadikan dia sebagai orang yang dapat dipercaya. Allah juga menolong orang tersebut untuk mengerjakan amanat-amanat yang diwajibkan oleh Allah Jalla Jalaaluhu, baik itu berupa amal wudhu’, mandi jinabat, shalat, puasa, zakat, memberikan hak kepada orang yang berhak, amar ma’ruf nahi mungkar, dan  menjaga larangan-larangan Allah. Orang seperti inilah yang diberi ilham oleh Allah Ta’ala untuk menyadari eksistensinya, disadarkan untuk mengetahui aib dirinya dan diberkan rasa cukup dalam hatinya.
Apabila Allah SWT. menghendaki sesuatu yang buruk pada hamba-Nya, maka Dia akan menaruh kekafiran di hadapan mata dan dalam hatinya. Allah membuatnya malas menunaikan amanat yang difardhukan kepada semua hamba-hamba-Nya. Allah juga akan menghilangkan kesadaran jati dirinya dan menguasakan dirinya pada setan. Bahkan Allah menghias diri hamba tersebut dengan amal-amal buruknya dan membuat dirinya senang dan bangga dengan semua aibnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala: “Dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.” (QS. An-Naml, 27: 24).
Apabila seorang hamba tidak peduli lagi pada apa yang dia katakan dan apa yang dikatakan padanya, kegelisahan pada dirinya hanya pada dunianya dan ingin untuk selalu memeliharanya, bahka dia tidak lagi perduli pada kehancuran agamanya, maka orang seperti inilah yang dimurkai oleh Tuhannya dan dijauhkan dari segala pintu kebaikan. Malahan Allah SWT. semakin mendekatkan orang seperti ini kepada segala pintu keburukan. Allah SWT. telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianiti Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengathui.” (QS. Al-Anfal, 8: 27).
MENYIA-NYIAKAN AMANAT
Disebutkan di sebagaian kabar bahwa orang yang menyia-nyiakan amanat akan didatangkan dan akan dikatakan kepada orang itu: “Tunaikan apa yang dulu kamu sia-siakan!” Orang itu menjawab: “Wahai Tuhanku, aku tidak lagi memiliki dunia (harta). Dari mana aku bisa menunaikan amanat itu?” Maka Allah SWT. menciptakan sesuatu yang mirip dengan amanat itu di dalam jurang neraka Jahanam – semoga Allah melindungi kita dari hal itu – lantas dikatakan kepadanya: “Turunlah kamu (untuk mengambil) amanat itu dan berikanlah kepada pemiliknya!”.
Akhirnya hamba yang perlu dikasihani itu turun ke jurang Jahanam. Dia memikil benda yang serupa dengan amanatnya itu di atas bahunya. Ternyata benda itu lebih berat dari semua gunung yang ada di dunia. Jika orang yang perlu dikasihani itu telah sampai di atas Jahanam, dia akan kembali terjatuh ke dalam jurang. Lantas dikatakan lagi kepadanya: Taruhlah sekali lagi ke jurang itu!” Diapun kembali menuruni jurangJahanam dan menggotong beban itu. Apabila telah sampai di atas Jahanam, dia terjatuh lagi ke dasar jurang. Demikian adzab Allah yang diberikan kepadanya. Hal itu terus berlangsung sampai dalam jangka waktu yang dikehendaki Allah. Semua ini terjadi ketika seorang hamba melintasi shirath.  Wallahu a’alam, demikianlah hamba yang menyia-nyiakan amanat.
CATATAN PESHAWAR TENTANG AMANAT:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh”. (QS. Al-Ahzab, 33: 72).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal, 8: 27)
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanah-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah, 5: 67)
“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul (Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan terang.” (QS. Al-Maidah, 5: 92).
"Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam". Aku sampaikan kepadamu amanah-amanah Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat rahmat? Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya? Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta". Hud berkata: "Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku menyampaikan amanah-amanah Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu". (QS, Al-A’raf, 7: 61-68).
“Maka shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanah Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat". (QS. Al-A’raf, 7: 79).
“Maka Syu'aib meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanah-amanah Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?" (QS. Al-A’raf, 7: 93).
“Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanah) yang aku diutus (untuk menyampaikan) nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu.” (QS. Huud, 11: 57).
“Dan berkatalah orang-orang musyrik: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apa pun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin) -Nya". Demikianlah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka; maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanah Allah) dengan terang.” (QS. An-Nahl, 16: 35).
“Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan terang.” (QS. An-Nahl, 16: 82).
“Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanah Allah) dengan terang." (QS. An-Nur, 24: 54).
“Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan terang.” (QS. at-Taghaabbun, 64: 12).
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa, 4: 58).

“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al-Mu’minun, 23: 8)
“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al-Ma’aarij, 70: 32).
QANTHARAH KETIGA
Kemudian orang-orang ditahan agi di qanthara ketiga.  Qathantarah ini lebih dekat lagi dengan Allah Jalla Jalaaluhu – hendaklah seseorang tidak membayangkan bagaimana hal itu -  Di sana mereka dihisab untuk masalah shilatur-Rahim (menyambung tali persaudaraan) dan bagaimana mengerjakannya.
SHILATUR RAHMI
(Mereka juga ditanya) mengapa memutuskan tali persaudaraan. Sedangkan rahim (kekerabatan atas nama Allah) pada waktu itu menyeru: “Ya Allah, barangsiapa yang menyambungku, sambungkan dia (dengan rahmat-Mu). Dan barangsiapa memutusku, maka putuslah dia (dari rahmat-Mu). Dengan demikian, selamatlah orang yang selamat dan celakahlah orang yang celaka.
QATHANRAH KEEMPAT
Kemudian orang-orang yang melewati qantharah keempat, Mereka dihisab untuk birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Sehingga orang yang selamat akan terbebas dan yang celaka akan binasa. Sebab masalah birrul-walidain merupakan permasalahan yang amat besar. Karena Allah Ta’ala telah menyebutkan syukur kepada Allah secara berurutan dengan bersyukur kepada kedua orang tua. Hal ini sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya: “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman 31: 14). Dan Allah berulang menyebutkan hal ini di dalam kitab-Nya.
BERTERIMAKASIH KEPADA KEDUA ORANG TUA
Jadikanlah kedua orang tuamu ridha kepadamu! Sebab, keridhaan-Ku berada dalam keridhaan kedua orang tuamu. Dalam kemurkaan-Ku berada kemurkaan kedua rang tuamu. Seandainya ada seorang hamba datang di hari kiamat dengan membawa amal perbuatan seribu orang shiddiq, namun dia durhaka kepada kedua orang tuanya, maka Allah Tabaaraka wa Ta’ala tidak akan melihat amalannya yang begitu banyak walau sedikupun. Sedangkan tempat kembali orang seperti ini tidak lain adalah neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar