Selasa, 10 April 2012

KEMATIAN DALAM AL-QUR'AN



KEMATIAN DALAM AL-QUR'AN
 TAFSIR IBNU KATSIER JUZ III AYAT 40-41 Hal. 404
"MEMBUMIKAN AL-QUR'AN" DR. M. QURAISH SHIHAB hal. 237





Berbicara mengenai kematian bukanlah suatu hal yang mudah. Sebab, di samping pengetahuan manusia tentang hal tersebut sangatlah terbatas, juga karena kesedihan dan ketakutan sering meliputi situasi pembicaraannya.
Manusia sedih menghadapi kematian, karena ingin hidup terus-menerus. "Aku ingin hidup seribu tahun lagi," kata Chairil Anwar. Atau, dalam bahasa Al-Qur'an disebutkan:
"Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkan dari siksa. Allah Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Baqarah, 2: 96).
Itulah gambaran sifat manusia yang lupa akan peringatan-peringatan Tuhannya.
Dalam Al-Qur'an, Tuhan sendiri memperingatkan bahwa:
"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali-Imran, 3: 185).
Bahkan, seandainya ada seseorang yang dianugerahi usia yang tak habis-habisnya, pasti dia Rasul Muhammad saw. Namun, beliau pun, jauh sebelum wafatnya, telah diberi peringatan oleh Tuhan bahwa:
"Sesungguhnya engkau akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). (QS. Az-Zumar, 39: 30)
Seorang ulama Islam bernama Al-Raghib Al-Isfahaniy menulis: "Kematian merupakan tangga menuju kebahagiaan abadi. Ia merupakan perpindahan dari tempat ke tempat lain, sehingga dengan demikian ia merupakan kelahiran baru bagi manusia. Manusia dalam kehidupan di dunia ini, dan dalam kematiannya, mirip dengan keadaan telur dan anak ayam. Kesempurnaan wujud anak ayam adalah menetasnya telur tersebut dan keluarnya anak ayam tadi meninggalkan tempatnya selama di dalam telur. Demikian pula manusia, kesempurnaan hidupnya hanya dapat dicapai melalui perpindahannya dari tempat ia hidup di dunia ini, sehingga ─dengan demikian─ kematian adalah pintu menuju kesempurnaan, kebahagiaan, surga yang abadi.
Hal-hal tersebut menanamkan optimisme didalam jiwa setiap insan. Bahkan, optimisme tersebut pernah diungkapkan secara sederhana oleh seorang awam (tidak terpelajar) ketika diajukan pertanyaan berikut:
"Takutkah Anda akan mati?"
"Kemanakah aku pergi bila aku mati?" dia balik bertanya.
"Kepada Tuhan," demikian jawaban yang didengarnya.
"Kalau demikian, aku tak perlu takut, karena aku menyadari bahwa segala sesuatu yang bersumber dari Tuhan adalah baik. Dia tidak memberikan kecuali yang terbaik."
Memang, selain itu, seperti diungkap oleh sementara ulama, seseorang akan merasa segan dan khawatir untuk meninggalkan rumah atau kampung halamannya apabila ia merasa bahwa rumah atau kampung halaman yang dituju lebih sempit atau jelek dibanding yang dimilikinya selama ini. Tetapi, bila sebaliknya, ia akan dengan senang hati menuju rumah atau kampung yang baru itu.
Masalah kematian sangat menggusarkan manusia. Mitos,filsafat,juga ilmu pengetahuan, tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Hanya agama yang dapat berperan dalam hal ini. Agama Islam,melalui Al-Qur'an, telah membicarakan masalah kematian ini dalam lebih kurang tiga ratus ayat, di samping ratusan hadits Nabi Muhammad saw., baik yang sahih maupun yang dha'if.
Dalam surat Al-Zumar ayat 42, Allah berfirman:
" Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan memegang jiwa (orang) yang belum mati diwaktu tidurnya. Maka dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya, dan Dia lepaskan kembali jiwa yang lain (yang tidur), sampai waktu yang ditentukannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (QS. Al-Zumar 39:42).
Ayat diatas manggambarkan bahwa kematian sama dengan tidur. Bahkan, pengertian tersebut secara jelas diterangkan oleh hadits Nabi saw. Ketika beliau ditanya: "Apakah di dalam surga ada tidur?" Beliau menjawab: "Tidur adalah saudara mati. Di surga tiada mati, sehingga tiada pula tidur." Nabi saw. Mengajarkan juga mengajarkan kita agar, setiap bangun tidur, membaca: "Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami" (menghidupkan dalam arti membangunkan, dan mematikan dalam arti menidurkan).
Al-Qur'an dan Hadits-hadits Nabi dengan lebih terinci lagi. Yakni bahwa ada faktor-faktor eksternal yang dapat menjadikan kematian lebih nikmat lagi, sebagaimana ada pula  yang dapat menjadikannya sangat pedih dan mengerikan. Al-Qur'an menceritakan:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.  Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.Fushilat, 41:30-32).
Selain itu, Nabi Muhammad saw. Menjelaskan: "siapa yang suka bertemu Allah, Allah pun suka bertemu dengannya." Para sahabat berkata sambil bertanya: "Siapakah yang senang mati, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Bukan itu yang saya maksudkan. Tetapi seorang mukmin, bila saat kematiannya datang, ditampakan di pelupuk matanya tempat tinggal dan kebahagian yang menantinya di surga, sehingga ia berkeinginan untuk segera bertemu dengan Tuhan demi mendapatkan apa yang di lihatnya itu." Inilah sebabnya mengapa,kita menemukan orang-orang beriman mati dalam keadaan tenang,bahkan tersenyum. Itu karena mereka telah melihat, bahkan merasakan, apa yang telah di janjikan Allah s.w.t.   Berbeda dengan orang-orang yang melanggar petunjuk-petunjuk Agama. Tentang mereka, Allah menjelaskan dalam Al-Qur'an:
"Seandainya kamu melihat ketika para malaikat mencabut ruh orang kafir sambil memukul muka dan belakang mereka dan berkata: "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar" ; tentu kamu akan melihat sesuatu pemandangan yang sangat mengerikan. (QS. Al-Anfal 8:50).
Karena memang dalam dunia empiris hal tersebut di luar kemampuan manusia. Namun, seperti yang di tegaskannya pula, pada saat-saat kematian akan terbukalah tabir yang menyelubungi pandangan seseorang:
"Dan sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari hal ini, maka kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu. Maka pandanganmu pada hari itu amat tajam. (QS. Qaaf 50:22).
Al-Qur,an dan Hadits-hadits Nabi menyatakan bahwa ada kehidupan sesudah mati, sebelum seseorang di bangkitkan untuk masuk surga atau terjerumus ke neraka. Kehidupan tersebut dinamai kehidupan di alam barzakh, yang terjemahan harfiahnya adalah "pemisah". Seseorang yang hidup di alam tersebut dapat melihat apa yang terjadi pada keluargany di dunia ini. Dan dapat pula melihat apa yang menantinya di alam surga atau neraka kelak. Al-Qur'an menyatakan:
"(Orang-orang kafir) apabila datang kematian kepada mereka, setiap orang dari mereka berkata: "Ya Allah Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, agar aku berbuat amal yang baik, yang telah aku lalaikan," Sesungguhnya itu adalah sekedar perkataan yang di ucapkannya saja, dan di belakang mereka ada dinding sampai mereka di bangkitkan.  (QS.Al-Mukminun 23:100).
Wajah mereka menghadap ke akhirat (surga atau neraka). Bila mereka menghadapkan wajah ke arah yang berlawanan, mereka melihat dunia, bahkan mereka berkeinginan untuk kembali, tetapi ada pemisah (Barzakh) yang menghalangi mereka.
Kepada keluarga yang ditinggal mati, Rasulullah saw mengingatkan agar: a). Janganlah mempermalukan keluarga yang wafat dengan jalan melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela; b). Perbanyaklah membacakan doa atau permohonan ampun kepada orang-orang yang telah mendahulukan kamu; dan c). Berbuat baiklah kepada sahabat dan handai tolan orang-orang yang telah wafat.
Sementara Al-Qur'an menggaris bawahi : " Dan mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, tetapi di balik itu tuhan menjadikan darinya kebajikan yang banyak. (QS.An-Nissa' 4:19)
"Dan mungkin engkau tidak menyukai sesuatu, sedang hal tersebut merupakan kebaikan untukmu. (QS.Al-baqarah 2: 216).
Al-Qur'an juga memerintahkan Rasulullah saw untuk :

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. " Berikan berita gembira bagi orang-orang yang sabar, (yaitu) Orang-orang apabila ditimpa malapetaka mereka mengucapkan : Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un (sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah, dan kepada-Nya pula kita akan kembali)." (QS, Al-baqarah 2: 155-156).  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar