“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiyah, 21: 47)
NASAB PENULIS: IBNUL
JAUZIYAH
MIZAN DAN
SHIRAT
Allah
SWT. berfirman:
” Kami
akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun
pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat
perhitungan.” (QS. Al-Anbiyah, 21: 47)
W
|
ahai
hamba-hamba Alla! Mengapa hati kalian tidak khusu?! Mengapa telinga kalian
tidak mendengar?! Mengapa doa kalian
tidak didengar?! Mengapa mata kalian tidak bisa menangis?! Mengapa perut kalian
tidak bisa kenyang dengan barang-barang haram?! Mengapa amalan baik kalian
tidak diterima?!
Wahai saudara-saudaraku, siapakah orang yang
mau menyibukkan dirinya untuk mengabdi kepada Dzat Yang berhak disembah Lagi
Maha Mulia?! Siapakah yang takut kepada tempat yang akan didatangi manusia di
hari kiamat kelak?! Sesungguhnya neraka itu seburuk-buruknya tempat yang akan
didatangi.
KESOMBONGAN BINATANG BUAS ATAS
BANI ADAM
Telah disebutkan di dalam sebagian riwayat
bahwa binatang buas akan berkumpul pada hari kiamat. Lantas hewan-hewan itu
merunduk untuk bersujud. Hewan-hewan itu ditanya: “Apakah ini adalah hari untuk
bersujud?” Mereka menjawab: “Kami sujud sebenarnya hanya untuk bersyukur kepada
Allah SWT. yang tidak menjadikan kami
sebagai anak cucu Adam. Akan tetapi Dia telah menjadikan kami sesuatu yang
menjadi saksi kebobrokan Bani Adam.
Apabila hari kiamat digelar dan Jahanam telah
menunjukkan kedahsyatannya, maka shirath sepanjang lima ratus tahun perjalanan
akan dibentangkan di atasnya. Ada juga yang mengatakan bahwa panjang shirath
adalah tiga puluh enam ribu perjalanan tahun di dunia. Jembatan shirath lebih
lembut dari rambut dan lebih tajam dari pisau cukur. Ada juga yang mengatakan bahwa jembatan itu lebih tajam dari pada
pisau dan lebih panas dari bara api. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa
jembatan shirath itu adalah sehelai rambut pelupuk mata malaikat penjaga
Jahanam yang dibentangkan di atas dua ujung Jahanam. Rambut itu mirip jenis pohon berduri. Di
masing-masing ujung durinya ada sejumlah bintang langit yang bergantung.
Bintang-bintang itu adalah malaikat zabaniyah. Seandainya salah satu dari
mereka diizinkan Allah untuk bernafas di
dunia, pasti semua jina dan manusia dan segala sesuatu yang ada di sana akan
terbakar. Begitu juga dengan gunung akan meleleh dan samudra menjadi kering.
CIRI-CIRI SHIRATH
Shirath itu berwarna hitam kelam akibat hitam
pekatnya Jahanam. Tidak akan ada satu orang pun yang bisa melaluinya pada waktu
itu kecuali orang yang memiliki cahaya. Dan pada waktu itu tidak ada cahaya
kecuali yang berasal amal shalih. Barangsiapa telah beramal shalih, maka amal
itu juga yang akan menyelamatkan dirinya dari neraka dan akan masuk ke dalam
tempat tinggal yang nyaman dan tenang.
Barangsiapa yang tidak berbuat baik ketika di
dunia, maka dia telah terhalang untuk menyaksikan wajah Dzat Yang Maha Perkasa.
Dia juga akan terjerembab di dalam tempat tinggal yang penuh penyesalan dan
kebinasaan. Dia akan berada di dalam sebuah tempat tinggal yang siksaannya
berupa angin panas, minumannya adalah air mendidih, naungannya tidak sejuk dan
tidak menyenangkan, dan makanannya pohon zaqqum. [Zaqqum juga nama jenis
makanan orang Arab yang berisi kurma dan mentega]. Demi Allah, dia akan jatuh
dalam tempat tinggal yang adzabnya sangat pedih, dan penghuninya kekal
selama-lamanya dalam siksaan. Dia juga akan jatuh di dalam neraka yang
relungnya jauh, siksaannya sangat dahsyat, minumannya nanah bercampur darah,
dan alat pemukulnya besi. Dan kesemua itu tidak akan jauh dengan orang-orang
dzalim.
AMAL BAIK DAN SHIRATH
Wahai orang-orang yang perlu dikasihani!
Bayangkan bahwa dirimu telah tiba di shirath. Di sana kamu menyaksikan semua
orang yang beramal baik berhasil melewati jembatan tersebut. Sedangkan cahaya
mereka berada di samping kanan dan kirinya. Di sana kamu juga menyaksikan
orang-orang yang suka berbuat batil sedang berada di dalam kegelapan kelaliman
dan kebodohan mereka.
Wahai orang-orang yang lemah, wahai
orang-orang yang menghabiskan umurnya untuk menentang ajaran agama,
berhati-hatilah kalian! Sadarlah akan sulitnya melampaui shirath. Karena
sesungguhnya shirath tidak akan bisa dilewati oleh pendosa. Dan tidak ada
seorang yang berlaku dzalim pun akan selamat darinya. Shirath itu sebenarnya
kebenaran yang sangat benar. Tidak akan selamat darinya orang yang menentang
ajaran agama dan meninggalakan sunnah nabi.
Shirath itu juga sangat jauh jaraknya. Tidak
ada orang yang bisa melaluinya kecuali orang yang memiliki pendirian teguh
dalam agama dan selalu istiqamah untuk taat kepada Tuhan Yang Maha Mulia.
Shirath itu juga sangat menakutkan. Tidak akan ada yang melewatinya kecuali
orang yang menolong mereka yang teraniaya dan patuh kepada Dzat Yang Penyayang
dan Yang sangat berbelas kasihan. Shirath itu sangat menyulitkan. Tidak akan
ada yang bisa melalui kecuali orang yang mengikuti sunnah Rasulullah Muhammad
dan taat kepada Tuhan Yang tidak akan pernah berubah ataupun musnah.
Shirat itu dijaga oleh malaikat Zabaniyah
yang jumlahnya cukup banyak.Tidak akan ada yang bisa melintasinya kecuali orang
yang taat kepada Tuhannya ketika susah dan mendekatkan diri kepada-Nya ketika
di kesunyian dan di tengah keramaian.
Juga disebutkan di sebagian riwayat bahwa
tidak ada seorang hamba laki-laki maupun perempuan yang melalui shirath kecuali
setelah menerima buku catatan amal dan amal perbuatan dihisab (dihitung) di
mizan (timbangan).
MIZAN PADA HARI KIAMAT
Telah diriwayatkan bahwa setiap orang
memiliki mizan yang akan digunakan untuk menimbang amal perbuatannya.
Barangsiapa yang berbuat buruk, maka timbangannya akan tampak ringan dan akan
dijeburkan di dalam neraka.
Ada juga yang mengatakan bahwa mizan diangkat
di depan ‘Arsy al Rahman. Mizan itu dipergunakan untuk menimbang seluruh amal
perbuatan manusia.
Al Hasan ra. pernah berkata: “Setiap insan
memiliki mizan yang dibuat menimbang amal perbuatannya, baik yang berupa amal
baik maupun amal yang buruk.” Dia
menyandarkan pendapa itu pada firman Allah Ta’ala: “Kami akan memasang
timbangan yang tepat pada hari kiamat.” (QS. Al-Anbiyah, 21: 47).
Adapun firman Allah Ta’ala berbunyi: “Dan
adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, Dan adapun orang-orang
yang ringan timbangan (kebaikan)nya.” (QS. Qaari’ah 101: 6 dan 8). Yang
dimaksud dengan ayat ini adalah mizan untuk amal perbuatan baik dan mizan untuk
amal perbuatan buruk. Sedangkan perkataan ‘berat dan ringan’ dalam ayat di atas
maksudnya berat akibat bacaan laa ilaaha
ilallah yang dilafadzkan dengan ikhlas dan ringan dari perbuatan baik
akibat melakukan syirik, munafik, riya’ dan sombong. Sebab tidak jarang seorang
yang membaca lafadz laa ilaaha illallah untuk mengerjakan perbuatan maksiat.
Ada juga orang yang mengatakan lafadz laa
ilaaha illallah dan Allahuu Akbar ketika mencuri harta orang muslim. Itulah
sebenarnya yang dinamakan kemunafikan. Karena Rasulullah saw. telah bersabda:
“Barangsiapa mengatakan laa ilaaha ilallah dengan ikhlas, maka timbangannya
akan berat, selamat dari neraka dan masuk surga.” Beliau menjawab: “Hendaklah
kalian menjauhi sesuatu yang diharamkan oleh Allah kepada kalian.”
BOBOT AMAL PERBUATAN
Telah disebutkan di dalam sebagian kabar
bahwa seorang hamba akan diajukan pada hari kiamat untuk menjalani hisab.
Lantas disodorkan kepadanya sembilan puluh sembilan lembaran yang penuh dengan
catatan perbuatan buruk. Lembaran-lembaran itu diletakkan di salah satu sisi
mizan. Ternyata hal itu sempat membuat hamba tersebut menjadi tegang dan susah.
Lantas Dzat Yang Maha Perkasa Jalla Jalaaluhu berfirman: “Sebenarnya hamba-Ku
ini memiliki harta yang telah Aku simpan untuknya.” Maka Allah Tabaaraka wa
Ta’ala memerintahkan agar dikeluarkan selembar kertas kecil yang tertulis di
dalamnya: “Si fulan telah meninggal dunia dalam keadaan bersaksi dengan penuh
keikhlasan bahwa tiada Tuha selain Allah.”
KALIMAT TAUHID
Allah Ta’ala berfirman: “Letakkan secarik
kertas itu di atas mizan hamba-Ku!” Maka secarik kertas itupun diletakkan di
salah satu mizan yang lain. Ternyata mizan lebih condong di arahnya dan
berhasil mengugguli berat semua amal perbuatan buruk. Seketika itu juga hamba
tersebut merasa bahagia. Dan Allah Tabaaraka wa Ta’ala memerintahkan agar orang
tersebut dimasukkan ke surga.
Wahai hamba-wamba Allah, berharaplah kepada
Tuhan kalian untuk terus menetapkan pendirian kalian pada sebuah kalimat yang
penuh berkah. [Inilah yang dimaksud dengan firman Allah Ta’ala: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat;
dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia
kehendaki.” (QS. Ibrahim 14: 27)].
Kalimat ini ringan di lisan namun berat di
mizan dan bisa menghiasi buku catatan amal. Dengan kalimat itulah Dzat Yang
Maha Raja lagi Pengasih menjadi ridha. Dengan kalimat itu juga sang terlaknat
setan menjadi geram. Dengan kalimat itulah hamba pendosa bisa selamat dari
neraka. Dan dengan kalimat itu juga
hamba bisa sampai ke kenikmatan abadi dan rasa aman.
KEUTAMAAN BERSEDEKAH
Telah disebutkan bahwa apabila seorang hamba
telah dihadapkan kepada mizannya, catatan amal buruknya yang lebih besar dari
gunung dunia telah dikeluarkan. Dan ketika dia menumpai sedekat yang
dikeluarkannya dengan tulus ikhlas hanya untuk Allah Ta’ala, bukan karena ingin
mendapat imbalan dari makhluk, atau riya’, sombong, pujian dan juga bukan
sedekah sebagai ucapan terimakasih, maka sedekat itulah yang akan diletakkan di
dalam mizan atas petintah Dzat Yang Maha Raja lagi Maha Pencipta. Ternyata
bobot sedekah itu bisa melebihi bobot seluruh amal perbuatan buruknya, sekalipun
bobot kejelekkan itu seukuran bobot gunung.
Wahai hamba-hamba Allah, ketahuilah! jika
mizan telah diletakkan di hadapan hamba, maka hal itu merupakan fenomena hari
kiamat yang paling menegangkan. Karena jika seoranghamba melihat mizan, maka
hatinya serasa akan copot dan menjadi sangat sedih. Kegoncangan jiwa seorang
hamba tidak akan bisa kembali tenang sampai mengatahui apakah mizannya berat
atau ringan. Apabila mizannya berat, maka dia berbahagia dan tidak akan pernah
sedih setelah itu. Namun jika bobot mizannya ringan, maka dia jelas-jelas akan
merugi dan menjumpai sesuatu yang sangat besar, yakni siksa Alah.
SYAFA’AT RASULULLAH SAW.
Kami telah membahas secara panjang lebar
mengenai syafa’at Rasulullah di padang mahsyar pada pelajaran sebelumnya.
Barangsiapa ingin mengtahuinya, hendaklah menelaan makalah tersebut.
Disebutkan di dalam beberapa kabar bahwa
apabila umat Muhammad saw. mendatangi mizan, maka kesedihan mereka memuncak,
yakni ketika keburukan dan aib mereka dipertontonkan kepada mereka serta dosa
dan kesalahannya ditimbang. Upayanya untuk keluar dari kondisi itu sama sekali
tidak terbayang dan kondisi mereka pun berubah. Pada waktu itu semua mereka
akan didatangi oleh Nabi saw. pemberi syafa’at. Jika beliau menyaksikan umatnya
merasa bingung di dekat mizan seperti itu, maka beliau akan berdo’a kepada
Allah SWT. untuk memperberat bobot mizan mereka. Dan Allah Ta’ala menyuruh
beliau untuk menyaksikan semua mizan umatnya. Ketika beliau melihat mizan-mizan
tersebut, ternyata semuanya menjadi berat oleh sebab tatapan dan cahaya wajah
Rasulullah saw.
Disebutkan juga bahwa mizan itu berada di
tangan malaikat Jibiril as. Mizan memiliki dua sisi, yang satu berada disebelah
timur dan yang satu lagi berada di sebelah barat. Sesungguhnya amal perbuatan
hamba sekecil apapun, baik yang baik maupun yang buruk, pasti akan diletakkan
di salah satu sisinya. Maka timbangan mereka berat sebelah dengan kehendak
Allah Ta’ala. Namun hanya Allah saja yang mengetahui hakekat semua itu.
Hendaklah salah seorang dari kalian tidak
menganggap remeh perbuatan baik sekecil apapun yangdikerjakan. Sekalipun amal
itu kelihatan kecil di matanya, namun boleh jadi hal tersebut bisa membuat
bobot mizan menjadi berat. Begitu juga sebaliknya, janganlah kalian menganggap
remeh sebuah amal buruk sekecil apapun yang dia kerjakan. Sebab bisa saja hal
tersebut menyebabkan mizan menjadi ringan. Karena dosa yang kecil dihadapan
orang yang meremehkannya, pasti akan datang di hari kiamat. Sedangkan ketika
amal itu berada di mizan, ternyata ukurannya lebih besar di bandingkan dengan
gunung.
SESUATU YANG MEMPERBERAT MIZAN
Allah Ta’ala berfirman:
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada
hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun.” (QS.
al-Anbiya’ 21: 47).
. Maha Suci Allah Abu Hurairah ra. berkata:
Rasulullah saw. bersabda:
“Dua kalimat yang ringan di lisan, berat di
mizan dan dicintai al- Rhman, (kalimat itu adalah) Maha Suci Allah dan dengan
pujian kepada-Nya. Maha Suci Allah Dzat Yang Agung.”
Diriwayatkan pula bahwa ada seorang lelaki
datang kepada Rasulullah aw. Lantas dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku datang
kepadamu agar kamu mau mengajari sebuah ilmu yang bisa memasukkan aku ke dalam
surga dan menyelamatkan aku dari neraka.” Maka Rasulullah saw. bersabda
kepadanya: “Maukah kamu aku beritahu dua buah kalimag yang bisa memberatkan
mizan, ringan di lisan, membuat al=Rahman menjadi ridha dan menyebabkan syetan
menjadi murka?” (Hendaklah) kamu mengatakan subhanallah wal hambulillah
(artinya: Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah). Sesungguhnya kedua
kalimat tersebut dapat mendekatkan (seseorang yang mengucapakannya) ke surga
dan menjauhkan dari neraka.”
Barangsiapa menyangka bahwa mizan bukan suatu
yang benar, berarti dia telah menolak
(keterangan) dari Allah di dalam al-Qur’an dan (penjelasan) dari
Rasulullah di dalam sunnahnya.
INTI KEBAIKAN DAN KEBURUKAN
Telah
diriwayatkan dari al-Hasan ra. bahwa dia berkata: “Pada hari kiamat mizan akan
didatangkan. Lantas mizan diletakkan di hadapan Allah Tabaaraka wa Ta’ala. Baru
setelah itu semua hamba dipanggil untuk menjalani hisab. Jika seorang hamba
laki-laki atau perempuan memilki amal perbuatan baik yang dia jadikan untuk
menyeru dan memerintah )orang lain), maka namanya akan dipanggil. Kemudian dia
didekatkan ke mizan dan semua amal perbuatannya baik yang shalih maupun yang
buruk akan ditimbang. Amal mereka akan ditimbang sekalipun hanya memiliki satu
perbuatan baik. Amal mereka juga tetap akan ditimbang sekalipun amal buruknya
lebih banyak dibandingkan dengan amal baiknya. Begitu juga seandainya amal
buruknya lebih berat dari bobot gunung didunia. Karena apabila Alla Tabaaraka
wa Ta’ala telah menerima sebuah amal shalih seorang hamba, maka Dia mengampuni
semua dosa sekalipun jumlahnya sangat
banyak.
Rasulullah saw.
telah bersabda kepada Aisyah: “Wahai Aisyah, seandainya Allah Ta’ala menerima
sujud sekali dari seorang hamba, pasti Dia akan memasukkan hamba tersebut ke
dalam surga. Lantas Aisyah berkata: “ Wahai Rasulullah, lalu apa yang akan
diperbuat dengan amal perbuatan hamba?” Rasulullah saw. menjawab: “Amal
perbuatan itu akan dimakan riya’ dan sum’ah (mencari reputasi) sebagaimana api
memakan kayu bakar.”
Jika seseorang
hamba laki-laki atau perempuan memiliki amal perbuatan buruk yang dia
pergunakan untuk menyeru dan memerntah orang lain, maka namanya akan dipanggil.
Lantas dia didatangkan ke mizan. Amal perbuatannya baik yang terpuji maupun yang tercela
diletakkan di atas mizan. Ternyata amal buruknya yanglebih berat dibandingkan
amal baiknya. Walaupun amal buruknya itu hanya satu dan amal baiknya lebih banyak bahkan lebih berat
dibandingkan dengan bobot gunung di dunia. Karena Allah Ta’ala telah membakr
amal-amal itu dan tidak ada satu pun yang diterima. Kemudian Allah memerntahkan
orang-orangyang termausk golongan kiri untuk dimasukkan ke dalam neraka
Para shahabat
nabi ra. berkata: “Wahai Rasulullah saw.
apakah mereka itu adalah orang-orang Muslim?” Nabi saw. bersabda: “Mereka itu
adalah orang-orang yang mengerjakan shalat sebagaimana kalian mengerjakannya,
berpuasa sebagaimana kalian, mengeluarkan zakat sebagaimana kalian dan hanya
melakukan shalat malam sekejap. Akan tetapi jika disodorkan satu dirham haram,
maka mereka langsung menyergapnya, seperti serigala (yang langsung menyergap
mangsanya). Karena perbuatan itulah Allah menggugurkan amal perbuatan mereka
dan tidak menerma satu amal baik pun daripadanya.
Jika Allah
tidak lagi menerima satupun amal perbuatan baik seorang hamba, maka jelas amal
perbuatannya yang lain tidak akan berpengaruh di dalam mizan. Karena ketika
Allah telah menolak amal perbuatan seseorang, maka semua amal perbuatan baik
tidak lagi bermanfaat dan tidak akan membuat mizan menjadi berat. Sebab Allah
tidak akan menerima amal perbuatan seorang hamba-Nya kecuali yang dikerjakan
dengan penuh ikhlas karena Allah Ta’ala.
Wahai
hamba-hamba Allah, jika kalian
mengerjakan semua amal, kerjakanlah dengan ikhlas karena Allah. Sesungguhnya
Allah tidak akan memberkan manfaat dan menerma amal kalian kecuali yang
dipersembahkan dengan ikhlas.
Wahai
hamba-hamba Allah, beramallah kalian untuk persiapan menghadapi mizan dengan
cara terus taat kepada al-Rahman. Beramalah kalian untuk mizan dengan patuh
kepada Dzat Yang Raja Diraja.
Wahai
saudaraku, musibah dan penyesalan yang paling besar adalah bobot mizan untuk
amal baik yang ringan. Allah akan memerntah orang itu untuk diadzab dan
disiksa. Sungguh celaka orangyang bobot timbangan amal shalihnya ringan dan
murka Dzat Yang Maha Dermawan tidak lagi dapat dihindari. Dia memerntahkan
untuk mengadzab dan menyengsarakannya dan memerintahkan agar dia dirantai dan
dibelenggu.
Rasulullah saw.
juga bersabda: “Barangsiapa yang meneyeru pada petunjuk, maka dia memiliki
pahala sebanyak pahala orang yang mengikuti petunjuknya tanpa mengurangi pahala
mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia berhak
mendapatkan dosa sebanyak dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi
dosa mereka sedikitpun.
BOBOT AMAL PERBUATAN HAMBA
Wahai
saudara-saudaraku, apabila amal perbuatan hamba telah ditimbang, sehingga
terlihat timbangan siapayangringan dan timbangan siapa yang berat, maka mereka
semua disuruh untuk melalui shirath. Masng-masing insan pasti akan melintasi
shirath. Di antara manusia ada yangmeletakkan kakinya di atas jembatan
tersebut. Namun dia terpeleset pada langkah pertama sehingga dia terjatuh ke
neraka. Di antara mereka ada ynag masih tidak begitu jauh melintasinya. Namun
dia terpeleset dalam neraka.
Di antara
mereka ada yangmelintasi shirat secepat sambaran kilat. Di antara mereka ada
yangmelewatinya seperti angin berhembus. Di antara mereka ada yang melewatinya
seperti burung yang terbang cepat di udara. Di antara mereka ada yang berjalan
cepat. Di antara mereka ada yang berjalan seperti orang yang lemah. Di antara
mereka ada yang seperti orang sakit perut, yakni berjalan di atas kedua tangan
dan kakinya (merangkak). Dan di antara mereka ada yang di sambar oleh api
ketika menghampiri shirath. Dengan demikian masuklah dia ke dalam api neraka.
Semua ini
menurut kadar amal perbuatan, cahaya dan kedudukan mereka, juga tergantung pada
diterimanya amal-amal tersebut oleh Allah Tabaaraka wa Ta’ala. Bahkan
kondisi-kondisi di atas juga disesuaikan
dengan berat atas ringannya timbangan amal mereka. Apabila ada salah seorang
hamba dari umat Muhammad saw. mendatangi shirath, jika dia tergolong orang yang
suka melakukan dosa dan sama sekali tidak memiliki amal baik, maka dia sangat
bingung ketika melintasinya. Dia tidak mampu melampaui jembatan tersebut. Di
tengah-tengah kebingungannya di atas shirath seprti itu, tiba-tiba dia disambut
oleh Muhammad saw. [yang sudah siap untuk menolongnya).
[Diharap pembaca mau membaca
makalah Tafsir Al-Baqarah ayat 2, tentang penjelasan “Shirat]. Barangsiapa di
dunia ini diberi petunjuk ke jalan yang lurus, jalan lurus yang dengannya Allah mengutus rasul-rasul-Nya
dan menurunkan kitab-kitab-Nya, maka di akhirat nanti itu akan mendapat
petunjuk ke jalan lurus yang
menyampaikan-Nya dan tempat pahala-Nya. Sekokoh langkah kaki seseorang hamba di
jalan yang dipancangkan Allah untuk hamba-hamba-Nya di duna ini, sekokoh itu
pula langkah kakinya di atas titian yang di pasang di atas neraka Jahannam.
Sebagaimana perjalanannya menempuh jalan hidup (agama) ini di dunia, seperti
itu pula perjalanannya waktu melintasi titian. Karena itu ada orang yang
melintasi titian seperti kilat. Ada orang yang melintasinya dengan kecepatan sekejap
mata. Ada yang melintasinya dengan kecepatan angin. Ada yang melintasinya
seperti larinya kuda. Ada yang berjalan cepat, ada yang berjalan biasa, ada
yang merangkak, ada yang tertatih-tatih, dan ada yang langsung dihempaskan ke
neraka. Karena itu hendaklah seseorang memperhatikan bagaimana perjalanannya di
atas jalan yang lurus [yakni bagaimana perhatian, kepedulian, sikap, dan
pelaksanaannya terhadap agama Islam] di dunia ini, karena ia akan mendapatkan
balasan yang setimpal. Firman-Nya:
“Bukankah
kamu tidak dibalasi melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan?” (
an-Naml: 90).
Hendaklah ia memperhatikan syubat-syubat
dan syahwat-syahwat yang menghalangi perjalanannya di atas jalan yang lurus
ini. Karena itu semua merupakan besi-besi pengait di pinggir kiri dan kanan
titian tersebut, yang akan menyambar dan mengaitnya hingga ia tidak dapat melintasi titian itu.
Kalau di dunia ini banyak syubhat dan syahwat yang diterjangnya, maka demikian pula besi-besi pengait dan
rintangannya di atas titian akhirat tersebut.
Firman-Nya :
“Dan Tuhanmu sama sekali tidak menganiaya
hamba-hamba-Nya.” (Fushshilat,41: 46).
CAHAYA RASULULLAH SAW. DI ATAS
SHIRATH
Apabila
Rasulullah saw. menyaksikan umatnya di atas shirath, maka beliau akan
menyelubungi mereka dengan nur yang terpancar dari wajahnya. Dengan demikian
mereka bisa melampaui jembatan tersebut. Masng-masng dari mereka mengambil nur
wajah Nabi Saw. menurut kada bacaan shalawat yang dulu pernah mereka baca di
dunia. Dan cara mereka melintasi jembatan shisrath itu menurut kadar nur wajah
nabi yang diambilnya. Setiap kali ada orang yang mengamabil nur wajah beliau,
Allah SWT. selalu menambahkan kadar cahaya kekasih-Nya Muhammad saw. Oleh karen
itu, perbanyaklah membaca shalawat kepada nabi kalian Muhammad saw.. Karena
shalawat yang lian baca pasti akan sampai kepadanya.
KEUTAMAAN MEMBACA SHALAWAT
KEPADA NABI SAW.
Rasulullah saw.
bersabda: “Orang yang paling selamat di antara kaian dari kedahsyatan hari
kiamat dan tempat-tempatnya adalah yang paling banyak membaca shalawat
kepadaku. Dan orang yang paling utama mendapatkan syafa’atku adalah yang paling
banyak membaca shalawat kepadaku.”
Oleh karena
itu, perbanyaklah membaca shalawat kepada Rasulullah saw. wahai orang-orang
yang suka melakukan dosa. Karena dialah yang akan memberkan syafa’at kepada
kalian kelak di hari kiamat. Semoga Allah SWT. tetap melimpahkan shalawat dan
salam kepada Rasulullah, keluarga dan para shabatnya. Mudah-mudahan Allah
menjadikan kita tergolong orang-orang yang aman dari siksa-Nya setelah membaca
shalawat kepada beliau. Semoga Allah Ta’ala juga menjadikan kita gergolong
orang-orang yang sukses meraup rahmat sehingga bebas dari adzab-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Memberi nikmat lagi Maha Mulia.
Telah
diriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda: “Orang-orang akan
melintasi shirath. Orang-orang laki-laki dan perempuan banyak sekali yang
tergelincir. Namun jumlah perempuan (yang tergelincir) lebih banyak.
Disebutkan juga
bahwa di atas shirath ada malaikat zabaniyah yang menyaksikan wajah para hamba.
Apabila malaikat itu melihat ada cahaya yang memancar dari wajah seseorang,
maka dia akan membiarkan hamba itu berlalu dan melewati jembatan. Namun jika
malaikat tidak melihat cahaya di wajah seorang hamba, maka dia akan melemparnya
ke dalam jurang neraka. Dan pada waktu itu tidak ada orang yang berdahaya
wajahnya kecuali bagi orang yang beramal shalih.
JEMBATAN JAHANAM
Diriwayatkan
oleh sebagian ulama dari generasi tabi’in dan sebagian sahabat bahwa mereka
telah berkata: “Sesungguhnya di atas Jahanam – semoga Allah melindungi kita
darinya – ada tujuh buah jembatan, yang disebut juga dengan qantharah. Tiga
qantharah berada di bawah Allah SWT, qantharah
yang keempat berada di atas Allah Jalla Jalaaluhu. Seseorang tidak layak
untuk bertanya atau membayangkan bagaimana hal itu bisa terjadi. Yang
seharusnya mereka lakuakan adalah menerima, mengimani dan membenarkan.
QANTHARA PERTAMA
Shirath itu
lebih tajam dari pedang. Ketika orang-orang telah sampai di qantharah pertama,
Allah Tabbaraka wa Ta’ala berfirman kepada malaikat: “Suruhlah mereka berhenti.
Sesungguhnya mereka akan ditanya terlebih dahulu. (Bentuk pertanyaannya adalah
sebagai berikut): “Mengapa kalian tidak saling tolong menolong?” Akhirnya
mereka pun ditahan. Mereka dihisab untuk ibadah shalat. Barangsiapa shalatnya
sempurna, maka dia selamat dari qantharah tersebut. Namun barangsiapa menjumpai
ibadah shalatnya tidak sempurna, maka diapun masuk ke dalam neraka. Selamatlah
mereka yang selamat dan binasalah mereka yang binasa.
QANTHARA KEDUA
Kemudian mereka ditahan lagi pada qanthara
berikutnya. Mereka dihisab untuk masalah amanat yang diberkan oleh Tuhan
Pencipta dan amanat yang diberkan oleh manusia. Apabila Allah menghendaki
kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia akan menghilangkan sifat tama’ di dalam hati
orang itu dan menjadikan dia sebagai orang yang dapat dipercaya. Allah juga
menolong orang tersebut untuk mengerjakan amanat-amanat yang diwajibkan oleh
Allah Jalla Jalaaluhu, baik itu berupa amal wudhu’, mandi jinabat, shalat,
puasa, zakat, memberikan hak kepada orang yang berhak, amar ma’ruf nahi
mungkar, dan menjaga larangan-larangan
Allah. Orang seperti inilah yang diberi ilham oleh Allah Ta’ala untuk menyadari
eksistensinya, disadarkan untuk mengetahui aib dirinya dan diberkan rasa cukup
dalam hatinya.
Apabila Allah SWT. menghendaki sesuatu yang
buruk pada hamba-Nya, maka Dia akan menaruh kekafiran di hadapan mata dan dalam
hatinya. Allah membuatnya malas menunaikan amanat yang difardhukan kepada semua
hamba-hamba-Nya. Allah juga akan menghilangkan kesadaran jati dirinya dan
menguasakan dirinya pada setan. Bahkan Allah menghias diri hamba tersebut
dengan amal-amal buruknya dan membuat dirinya senang dan bangga dengan semua
aibnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala: “Dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga
mereka tidak dapat petunjuk.” (QS. An-Naml, 27: 24).
Apabila seorang hamba tidak peduli lagi pada
apa yang dia katakan dan apa yang dikatakan padanya, kegelisahan pada dirinya
hanya pada dunianya dan ingin untuk selalu memeliharanya, bahka dia tidak
lagi perduli pada kehancuran agamanya, maka orang seperti inilah yang
dimurkai oleh Tuhannya dan dijauhkan dari segala pintu kebaikan. Malahan Allah
SWT. semakin mendekatkan orang seperti ini kepada segala pintu keburukan. Allah
SWT. telah berfirman: “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mengkhianiti Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengathui.” (QS. Al-Anfal, 8: 27).
MENYIA-NYIAKAN AMANAT
Disebutkan di sebagaian kabar bahwa orang yang
menyia-nyiakan amanat akan didatangkan dan akan dikatakan kepada orang itu:
“Tunaikan apa yang dulu kamu sia-siakan!” Orang itu menjawab: “Wahai Tuhanku,
aku tidak lagi memiliki dunia (harta). Dari mana aku bisa menunaikan amanat
itu?” Maka Allah SWT. menciptakan sesuatu yang mirip dengan amanat itu di dalam
jurang neraka Jahanam – semoga Allah melindungi kita dari hal itu – lantas
dikatakan kepadanya: “Turunlah kamu (untuk mengambil) amanat itu dan berikanlah
kepada pemiliknya!”.
Akhirnya hamba yang perlu dikasihani itu
turun ke jurang Jahanam. Dia memikil benda yang serupa dengan amanatnya itu di
atas bahunya. Ternyata benda itu lebih berat dari semua gunung yang ada di
dunia. Jika orang yang perlu dikasihani itu telah sampai di atas Jahanam, dia akan
kembali terjatuh ke dalam jurang. Lantas dikatakan lagi kepadanya: Taruhlah
sekali lagi ke jurang itu!” Diapun kembali menuruni jurangJahanam dan
menggotong beban itu. Apabila telah sampai di atas Jahanam, dia terjatuh lagi
ke dasar jurang. Demikian adzab Allah yang diberikan kepadanya. Hal itu terus
berlangsung sampai dalam jangka waktu yang dikehendaki Allah. Semua ini terjadi
ketika seorang hamba melintasi shirath.
Wallahu a’alam, demikianlah hamba yang menyia-nyiakan amanat.
CATATAN
PESHAWAR TENTANG AMANAT:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah
kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu
oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh”. (QS.
Al-Ahzab, 33: 72).
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS.
Al-Anfal, 8: 27)
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan
kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan
itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanah-Nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Maidah, 5: 67)
“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah
kamu kepada Rasul (Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan
(amanah Allah) dengan terang.” (QS. Al-Maidah, 5: 92).
"Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada
padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta
alam". Aku sampaikan kepadamu amanah-amanah Tuhanku dan aku memberi
nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dan
apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari
Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi
peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertakwa dan supaya kamu mendapat
rahmat? Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan
orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata
hatinya). Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka, Hud. Ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu
selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya? Pemuka-pemuka yang
kafir dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu
dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk
orang-orang yang berdusta". Hud berkata: "Hai kaumku, tidak ada
padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Tuhan
semesta alam. Aku menyampaikan amanah-amanah Tuhanku
kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu". (QS,
Al-A’raf, 7: 61-68).
“Maka shaleh meninggalkan mereka seraya
berkata: "Hai kaumku sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanah
Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai
orang-orang yang memberi nasihat".
(QS. Al-A’raf, 7: 79).
“Maka Syu'aib meninggalkan mereka seraya
berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanah-amanah
Tuhanku dan aku telah memberi nasihat kepadamu. Maka bagaimana aku akan
bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir?" (QS.
Al-A’raf, 7: 93).
“Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku
telah menyampaikan kepadamu apa (amanah) yang aku diutus (untuk menyampaikan)
nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari)
kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya
Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu.” (QS.
Huud, 11: 57).
“Dan berkatalah orang-orang musyrik:
"Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apa pun
selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan
sesuatu pun tanpa (izin) -Nya". Demikianlah yang diperbuat orang-orang
sebelum mereka; maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari
menyampaikan (amanah Allah) dengan terang.” (QS. An-Nahl, 16: 35).
“Jika mereka tetap berpaling, maka
sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan
(amanah Allah) dengan terang.”
(QS. An-Nahl, 16: 82).
“Katakanlah: "Taatlah kepada Allah dan
taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul
itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah
semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya
kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan
menyampaikan (amanah Allah) dengan terang." (QS.
An-Nur, 24: 54).
“Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada
Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah
menyampaikan (amanah Allah) dengan terang.” (QS. at-Taghaabbun, 64: 12).
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.
An-Nisa, 4: 58).
“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah
(yang dipikulnya) dan janjinya.”
(QS. Al-Mu’minun, 23: 8)
“Dan orang-orang yang memelihara
amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS.
Al-Ma’aarij, 70: 32).
QANTHARAH KETIGA
Kemudian orang-orang ditahan agi di qanthara
ketiga. Qathantarah ini lebih dekat lagi
dengan Allah Jalla Jalaaluhu – hendaklah seseorang tidak membayangkan bagaimana
hal itu - Di sana mereka dihisab untuk
masalah shilatur-Rahim (menyambung
tali persaudaraan) dan bagaimana mengerjakannya.
SHILATUR RAHMI
(Mereka juga ditanya) mengapa memutuskan tali
persaudaraan. Sedangkan rahim (kekerabatan atas nama Allah) pada waktu itu
menyeru: “Ya Allah, barangsiapa yang menyambungku, sambungkan dia (dengan
rahmat-Mu). Dan barangsiapa memutusku, maka putuslah dia (dari rahmat-Mu).
Dengan demikian, selamatlah orang yang selamat dan celakahlah orang yang
celaka.
QATHANRAH KEEMPAT
Kemudian orang-orang yang melewati qantharah
keempat, Mereka dihisab untuk birrul walidain (berbakti kepada kedua orang
tua). Sehingga orang yang selamat akan terbebas dan yang celaka akan binasa.
Sebab masalah birrul-walidain merupakan permasalahan yang amat besar. Karena
Allah Ta’ala telah menyebutkan syukur kepada Allah secara berurutan dengan
bersyukur kepada kedua orang tua. Hal ini sebagaimana yang disebutkan di dalam
firman-Nya: “Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman
31: 14). Dan Allah berulang menyebutkan hal ini di dalam kitab-Nya.
BERTERIMAKASIH KEPADA KEDUA
ORANG TUA
Jadikanlah
kedua orang tuamu ridha kepadamu! Sebab, keridhaan-Ku berada dalam keridhaan
kedua orang tuamu. Dalam kemurkaan-Ku berada kemurkaan kedua rang tuamu.
Seandainya ada seorang hamba datang di hari kiamat dengan membawa amal
perbuatan seribu orang shiddiq, namun dia durhaka kepada kedua orang tuanya,
maka Allah Tabaaraka wa Ta’ala tidak akan melihat amalannya yang begitu banyak
walau sedikupun. Sedangkan tempat kembali orang seperti ini tidak lain adalah
neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar