KEMATIAN DALAM
AL-QUR'AN
TAFSIR IBNU KATSIER JUZ III AYAT 40-41 Hal. 404
"MEMBUMIKAN AL-QUR'AN" DR. M. QURAISH
SHIHAB hal. 237
Berbicara mengenai kematian bukanlah
suatu hal yang mudah. Sebab, di samping pengetahuan manusia tentang hal
tersebut sangatlah terbatas, juga karena kesedihan dan ketakutan sering
meliputi situasi pembicaraannya.
Manusia sedih menghadapi kematian,
karena ingin hidup terus-menerus. "Aku ingin hidup seribu tahun
lagi," kata Chairil Anwar. Atau, dalam bahasa Al-Qur'an disebutkan:
"Dan sungguh kamu akan
mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan
(lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar
diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan
menjauhkan dari siksa. Allah Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (QS.
Al-Baqarah, 2: 96).
Itulah gambaran sifat manusia yang
lupa akan peringatan-peringatan Tuhannya.
Dalam Al-Qur'an, Tuhan sendiri
memperingatkan bahwa:
"Tiap-tiap yang bernyawa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan." (QS. Ali-Imran, 3: 185).
Bahkan, seandainya ada seseorang
yang dianugerahi usia yang tak habis-habisnya, pasti dia Rasul Muhammad saw.
Namun, beliau pun, jauh sebelum wafatnya, telah diberi peringatan oleh Tuhan
bahwa:
"Sesungguhnya engkau akan
mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). (QS. Az-Zumar, 39: 30)
Seorang ulama Islam bernama
Al-Raghib Al-Isfahaniy menulis: "Kematian merupakan tangga menuju
kebahagiaan abadi. Ia merupakan perpindahan dari tempat ke tempat lain,
sehingga dengan demikian ia merupakan kelahiran baru bagi manusia. Manusia
dalam kehidupan di dunia ini, dan dalam kematiannya, mirip dengan keadaan telur
dan anak ayam. Kesempurnaan wujud anak ayam adalah menetasnya telur tersebut
dan keluarnya anak ayam tadi meninggalkan tempatnya selama di dalam telur.
Demikian pula manusia, kesempurnaan hidupnya hanya dapat dicapai melalui
perpindahannya dari tempat ia hidup di dunia ini, sehingga ─dengan demikian─
kematian adalah pintu menuju kesempurnaan, kebahagiaan, surga yang abadi.
Hal-hal tersebut menanamkan
optimisme didalam jiwa setiap insan. Bahkan, optimisme tersebut pernah
diungkapkan secara sederhana oleh seorang awam (tidak terpelajar) ketika
diajukan pertanyaan berikut:
"Takutkah Anda akan mati?"
"Kemanakah aku pergi bila aku mati?" dia balik
bertanya.
"Kepada Tuhan," demikian jawaban yang didengarnya.
"Kalau demikian, aku tak perlu takut, karena aku
menyadari bahwa segala sesuatu yang bersumber dari Tuhan adalah baik. Dia tidak
memberikan kecuali yang terbaik."
Memang, selain itu, seperti diungkap
oleh sementara ulama, seseorang akan merasa segan dan khawatir untuk
meninggalkan rumah atau kampung halamannya apabila ia merasa bahwa rumah atau
kampung halaman yang dituju lebih sempit atau jelek dibanding yang dimilikinya
selama ini. Tetapi, bila sebaliknya, ia akan dengan senang hati menuju rumah
atau kampung yang baru itu.
Masalah kematian sangat menggusarkan
manusia. Mitos,filsafat,juga ilmu pengetahuan, tidak mampu memberikan jawaban
yang memuaskan. Hanya agama yang dapat berperan dalam hal ini. Agama
Islam,melalui Al-Qur'an, telah membicarakan masalah kematian ini dalam lebih
kurang tiga ratus ayat, di samping ratusan hadits Nabi Muhammad saw., baik yang
sahih maupun yang dha'if.
Dalam surat Al-Zumar ayat 42, Allah berfirman:
" Allah memegang jiwa
(orang) ketika matinya dan memegang jiwa (orang) yang belum mati diwaktu
tidurnya. Maka dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya,
dan Dia lepaskan kembali jiwa yang lain (yang tidur), sampai waktu yang
ditentukannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (QS. Al-Zumar 39:42).
Ayat diatas manggambarkan bahwa
kematian sama dengan tidur. Bahkan, pengertian tersebut secara jelas
diterangkan oleh hadits Nabi saw. Ketika beliau ditanya: "Apakah di dalam
surga ada tidur?" Beliau menjawab: "Tidur adalah saudara mati. Di
surga tiada mati, sehingga tiada pula tidur." Nabi saw. Mengajarkan juga
mengajarkan kita agar, setiap bangun tidur, membaca: "Segala puji bagi
Allah yang telah menghidupkan kami setelah Dia mematikan kami"
(menghidupkan dalam arti membangunkan, dan mematikan dalam arti menidurkan).
Al-Qur'an dan Hadits-hadits Nabi
dengan lebih terinci lagi. Yakni bahwa ada faktor-faktor eksternal yang dapat
menjadikan kematian lebih nikmat lagi, sebagaimana ada pula yang dapat menjadikannya sangat pedih dan
mengerikan. Al-Qur'an menceritakan:
"Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."
Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan
akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh
(pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.Fushilat, 41:30-32).
Selain itu, Nabi Muhammad saw.
Menjelaskan: "siapa yang suka bertemu Allah, Allah pun suka bertemu
dengannya." Para sahabat berkata sambil
bertanya: "Siapakah yang senang mati, wahai Rasulullah?" Beliau
menjawab: "Bukan itu yang saya maksudkan. Tetapi seorang mukmin, bila saat
kematiannya datang, ditampakan di pelupuk matanya tempat tinggal dan kebahagian
yang menantinya di surga, sehingga ia berkeinginan untuk segera bertemu dengan
Tuhan demi mendapatkan apa yang di lihatnya itu." Inilah sebabnya
mengapa,kita menemukan orang-orang beriman mati dalam keadaan tenang,bahkan
tersenyum. Itu karena mereka telah melihat, bahkan merasakan, apa yang telah di
janjikan Allah s.w.t. Berbeda dengan
orang-orang yang melanggar petunjuk-petunjuk Agama. Tentang mereka, Allah
menjelaskan dalam Al-Qur'an:
"Seandainya kamu melihat
ketika para malaikat mencabut ruh orang kafir sambil memukul muka dan belakang
mereka dan berkata: "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar" ;
tentu kamu akan melihat sesuatu pemandangan yang sangat mengerikan. (QS.
Al-Anfal 8:50).
Karena memang dalam dunia empiris
hal tersebut di luar kemampuan manusia. Namun, seperti yang di tegaskannya
pula, pada saat-saat kematian akan terbukalah tabir yang menyelubungi pandangan
seseorang:
"Dan sesungguhnya kamu
berada dalam keadaan lalai dari hal ini, maka kami singkapkan tutup (yang
menutupi) matamu. Maka pandanganmu pada hari itu amat tajam. (QS. Qaaf 50:22).
Al-Qur,an dan Hadits-hadits Nabi
menyatakan bahwa ada kehidupan sesudah mati, sebelum seseorang di bangkitkan
untuk masuk surga atau terjerumus ke neraka. Kehidupan tersebut dinamai
kehidupan di alam barzakh, yang terjemahan harfiahnya adalah
"pemisah". Seseorang yang hidup di alam tersebut dapat melihat apa
yang terjadi pada keluargany di dunia ini. Dan dapat pula melihat apa yang
menantinya di alam surga atau neraka kelak. Al-Qur'an menyatakan:
"(Orang-orang kafir) apabila
datang kematian kepada mereka, setiap orang dari mereka berkata: "Ya Allah
Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, agar aku berbuat amal yang baik, yang
telah aku lalaikan," Sesungguhnya itu adalah sekedar perkataan yang di
ucapkannya saja, dan di belakang mereka ada dinding sampai mereka di
bangkitkan. (QS.Al-Mukminun 23:100).
Wajah mereka menghadap ke akhirat (surga atau neraka).
Bila mereka menghadapkan wajah ke arah yang berlawanan, mereka melihat dunia,
bahkan mereka berkeinginan untuk kembali, tetapi ada pemisah (Barzakh) yang
menghalangi mereka.
Kepada keluarga yang ditinggal mati, Rasulullah saw
mengingatkan agar: a). Janganlah mempermalukan keluarga yang wafat dengan jalan
melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela; b). Perbanyaklah membacakan doa
atau permohonan ampun kepada orang-orang yang telah mendahulukan kamu; dan c).
Berbuat baiklah kepada sahabat dan handai tolan orang-orang yang telah wafat.
Sementara Al-Qur'an menggaris bawahi : " Dan
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, tetapi di balik itu tuhan menjadikan
darinya kebajikan yang banyak. (QS.An-Nissa' 4:19)
"Dan mungkin engkau tidak menyukai sesuatu,
sedang hal tersebut merupakan kebaikan untukmu. (QS.Al-baqarah 2: 216).
Al-Qur'an juga memerintahkan Rasulullah saw untuk :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar